Posts

Gus Nadir: Mengapa Mudah Tersinggung?

Image
Dalam sebuah penerbangan di tanah air, begitu pesawat mendarat seorang bapak langsung melepas sabuk pengaman dan segera berdiri. Pramugari mengingatkan bapak itu untuk duduk kembali demi keselamatannya. Bapak tersebut langsung marah dan tersinggung berat karena sudah ditegur. Maka keluarlah kata-kata berbagai isi kebun binatang dari mulut si bapak. Peristiwa itu disaksikan oleh istrinya yang berjilbab dan anaknya yang berusia sekitar 7-9 tahun.  Dalam kesempatan lain, seorang ibu berumur setengah baya dengan tiba-tiba menyerobot antrian panjang. Ditegur baik-baik, ibu ini lantas marah-marah dan memaki sejumlah orang yang memintanya kembali ke belakang. Ada apa ini? Kenapa orang yang salah, ketika diingatkan malah lebih galak dia?   Bagaimana dengan anda? pernahkah seperti itu juga? Problem ini muncul karena kita tidak bisa membedakan antara diri dan perbuatan kita. Ketika kita melakukan kesalahan, dan lantas ditegur maka harga diri kita seolah runtuh dan teg

Gus Mus: KEKELOMPOKAN JAHILIAH

Image
Seperti diketahui, sebelum kedatangan Islam, khususnya masyarakat Arab sangat terkenal dengan budaya pengelompokan kabilah, klan, suku dengan tingkat fanatisme yang luar biasa. Masing-masing mereka tidak hanya suka membanggakan kelompok sendiri, tetapi sering kali sambil merendahkan kelompok yang lain. Sedemikian fanatiknya masing-masing mereka terhadap kelompok sendiri, seolah-olah mereka punya ‘akidah’; Kelompok sendiri selalu benar dan harus dibela mati-matian sampai mati. Inilah yang disebut ‘ashabiyah. Terjadinya banyak peperangan dan pertumpahan darah diantara mereka, umumnya diakibatkan oleh ‘ ashabiyah atau fanatisme kelompok ini. Persoalan sepele bisa menjadi api penyulut peperangan besar apabila itu menyangkut kehormatan atau kepentingan kelompok. Pertengkaran pribadi antar kelompok dapat dengan cepat membakar emosi seluruh anggota masing-masing kelompok oleh apa yang disebut kecam Nabi Muhammad s.a.w.  dengan Da’wa ‘l-jahiliyyah, masing-masing pihak yang bertengkar

Gus Mus: Adil Memang Sulit, Tapi Harus!

Image
Sebagai sikap dan laku, adil mungkin termasuk yang paling sulit. Soalnya karena adil itu jejeg, tegak lurus, tidak condong dan tidak miring ke sana-kemari. Sementara kita sebagai manusia, dari sononya memiliki ‘athifah atau emosi yang bawaannya mirang-miring kesana kemari. ِApalagi dalam dan di sekeliling kehidupan kita banyak faktor yang mempengaruhi kita, yang mendorong kesana atau menarik kemari. Kita mencintai dan senang, condong kemari; kita marah dan benci, miring kesana.  Hakim yang sedang marah atau benci kepada seseorang, katakanlah si Fulan, misalnya, jangan suruh ia mengadili si Fulan itu. Karena hampir dipastikan si hakim tidak bisa berlaku adil dan jejeg. (Ingat kasus hakim yang diberhentikan gara-gara memvonis maling arloji dengan hukuman maksimal, lantaran gregetan; pasalnya yang dicuri si maling adalah arloji beliau). Demikian pula bila seorang hakim –karena sesuatu hal-- sangat senang kepada si terdakwa, bisa ditebak putusannya akan tidak adil

Gus Mus: Seandainya Orang Tolol Mau Diam

Image
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Man kana yu’minu billahi wal yaumil akhir, fal yaqul khairan au liyasmut!” (Barang siapa sudah beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah berkata yang baik atau sebaiknya diam). Memang bicara dan diam ada tempatnya masing-masing. Diam pada saat harus bicara, mungkin sama buruknya dengan bicara pada saat harus diam. Sebaiknya kita memang harus tahu kapan kita mesti diam dan kapan mesti bicara. Kalau tidak, salah-salah bisa celaka. Antara lain karena kita diam pada saat mestinya harus bicara, maka kemungkaranpun terus berlangsung di negeri kita bertahun-tahun dan mengakibatkan kerusakan negeri yang begitu parah. Namun sebaliknya, seringkali diam justru jauh lebih bermanfaat ketimbang bicara. Bahkan tidak jarang bicara justru menimbulkan bencana, tidak hanya bagi orang yang bersangkutan, tetapi juga kepada orang-orang lain. Perkelahian bahkan peperangan bisa terjadi akibat omongan yang salah.  Dulu di majelis penguasa yang a

Gus Nadir: Kisah Terusan Kiai Tua dan Kiai Muda (4): Bertemu Jin

Image
Selepas menikmati acara akikah berikut jamuan tuan rumah, kedua Kiai meneruskan perjalanannya. Mereka keluar dari perkampungan dan untuk kesekian kalinya memasuki hutan. Selepas shalat Ashar mereka bedua bersandar pada pohon besar sekedar merehatkan punggung dan meluruskan kaki mereka. Kiai Muda tanpa sengaja kakinya menyepak sebuah botol. Botol itu bentuknya terlihat unik, aneh dan kotor. Sebagai rasa penyesalan karena tanpa sengaja sudah menyepak botol itu, maka Kiai Muda mengambil botol itu dan mulai membersihkannya dengan mengusap botol itu. Tanpa disangka keluarlah dari dalam botol sebentuk makhluk. “Assalamu alaikum dua manusia budiman. Saya jin muslim berterima kasih sudah dibebaskan dari botol ini. Saya akan penuhi 3 permintaan masing-masing dari anda.” “wa alaikum salam”, jawab Kiai Muda seolah tak percaya dengan apa yang disaksikannya. Kiai Tua tersenyum melihat peristiwa ini. Kiai Muda kemudian berkata: “permintaan pertama saya: jadikan saya ma

Gus Nadir: Kisah Berikutnya Kiai Tua dan Kiai Muda (3): Jamuan Ilahi

Image
Setelah menghangatkan tubuh di api unggun, kedua Kiai ini tertudur. Bangun esok paginya, Kiai Muda berkata: “lapar sekali perutku, pak yai”. Kiai Tua menjawab, “sisa bekal makanan sudah habis semalam. Kalau begitu kita niatkan puasa sunnah saja hari ini.” Kiai Muda setuju. Mereka berdua kembali berjalan melewati bukit dan menyeberangi sungai. Kali ini tak ada gadis ayu yang meminta digendong meski Kiai Muda sudah celingukan menoleh kesana-kemari. Kiai Tua tersenyum melihat tingkah polah kawan seperjalanannya ini. Mereka terus berjalan hingga mentari tepat di atas kepala mereka. Letih dan lapar. Mereka memasuki perkampungan. Ternyata sedang ada hajatan. Salah satu penduduk memotong dua kambing untuk acara akikah bayi lelakinya. Semua bergembira dan memenuhi halaman rumah orang itu. Kedua Kiai kita melintasi rumah itu. Tuan rumah tiba-tiba berseru “wahai kedua musafir yang terhormat, hendak kemana kalian? mari ke sini berkahi keluarga kami dengan kehadiran dan doa-

Gus Nadir: Kisah Lanjutan Kiai Tua dan Kiai Muda (2): Membakar al-Qur’an

Image
Setelah sebelumnya Kiai Tua menegur Kiai Muda yang masih saja menggendong gadis ayu dalam pikirannya selama berjam-jam, keduanya kembali meneruskan perjalanan. Hujan deras membasahi mereka. Mereka kesulitan mencari tempat bereduh….terus berjalan hingga hujan usai barulah mereka menemukan bangunan tua yang tak lagi berbentuk utuh, untuk berlindung dari rasa dingin dan sekedar menyendarkan punggung mereka yang sudah letih. Kiai Tua meminta kawan seiringnya, Kiai Muda, untuk mengumupulkan sejumlah dahan dan ranting. Lantas Kiai Tua mencoba membuat api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka yang terus menggigil kedinginan. Tapi ranting yang basah membuat api tak bisa membakar. Kiai Tua mengeluarkan pisau lipatnya dan mulai mengikis kulit luar ranting yang basah. Asumsinya di bagian dalam kayu masih belum basah. Kembali ia hidupkan api, namun api tak bertahan lama dan masih gagal membakar ranting. Kiai Tua menoleh kepada Kiai Muda, yang bibirnya sudah biru menahan